Jember Youth Festival 2025: Suar Indonesia Dorong Keberlanjutan PKRS untuk Jember Bebas Perkawinan Anak

Jember Youth Festival 2025 dorong Jember bebas perkawinan anak lewat PKRS.

ARTIKEL

SuaR Indonesia

9/3/20252 min read

Jember Youth Festival 2025: Suar Indonesia Dorong Keberlanjutan PKRS untuk Jember Bebas Perkawinan Anak

Jember, 28 Agustus 2025 – Ratusan pelajar dan pemuda Jember memadati aula Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember dalam gelaran Jember Youth Festival 2025. Festival ini diinisiasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Suar Indonesia dengan mengusung tema krusial: Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS).

Acara berlangsung meriah dengan dua sesi utama. Sesi pertama diisi dengan penampilan seni dari siswa-siswi berbagai sekolah, mencerminkan semangat kreatif anak muda Jember. Sesi kedua menghadirkan lokakarya dengan narasumber penting, di antaranya:

  • Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur,

  • Ketua Komisi D DPRD Jember,

  • Tim Percepatan Pengarah Pembangunan Daerah (TP3D) Jember,

  • Perwakilan media, serta

  • Bappeda Jember.

Empat Tahun Perjalanan Suar Indonesia di Jember

Dalam sambutannya, Budiman Widianarko, Program Manajer Suar Indonesia, menyampaikan bahwa festival ini menjadi penutup dari program empat tahun yang dijalankan di Jember.

“Hari ini merupakan kegiatan terakhir kami, Suar Indonesia, di Jember. Selama empat tahun kami sudah berkhidmat membantu Kabupaten Jember dalam upaya pencegahan tiga hal: perkawinan anak, kekerasan berbasis gender, dan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja,” terang Budiman.

Budiman menambahkan, perubahan positif mulai terlihat di kalangan anak muda. Mereka kini memiliki keterampilan public speaking yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan secara tepat berkat pengetahuan yang cukup.

Tantangan dan Harapan Keberlanjutan Program

Menurut Budiman, isu perempuan dan anak, khususnya perkawinan anak, perlu mendapat respons cepat dari pemerintah daerah. Karena itu, ia berharap agar PKRS dapat dijadikan program prioritas yang melekat di Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama.

“Secara proyek kami selesai, tetapi secara kemanusiaan, kami masih berada di Jember untuk program-program lain. Harapan kami, praktik baik dan pendekatan yang kami lakukan dapat direspon dalam bentuk strategi keberlanjutan program oleh Pemerintah Daerah,” jelasnya.

PKRS dianggap sejalan dengan misi Bupati Jember untuk menekan angka perkawinan anak. Upaya ini diyakini efektif dalam menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, hingga masalah stunting di Kabupaten Jember.

Menuju Jember Bebas Perkawinan Anak

Dengan berakhirnya program Suar Indonesia, tongkat estafet kini berada di tangan pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan di Jember. Festival ini menjadi simbol penting bahwa suara anak muda, bila difasilitasi dengan baik, mampu membawa perubahan nyata dalam isu sosial yang mendesak.