SUPERVISI PROGRAM

DI KABUPATEN TULUNGAGUNG DAN TRENGGALEK

ARTIKEL

11/10/20253 min read

SuaR dalam perannya sebagai Sub Recipient (SSR) dari SR Yayasan Kerti Praja (YKP) dan PR Indonesia AIDS Coalition (IAC) yang didukung Global Fund, beroperasi di Kabupaten Kediri, Tulungagung, dan Trenggalek. Sejak program dimulai pada Januari 2025, SuaR terus menjalankan berbagai kegiatan, mulai dari perencanaan, penjangkauan, rujukan, pendampingan, hingga monitoring, evaluasi, dan pelaporan, sambil secara berkelanjutan memperkuat SDM, stakeholder, dan sistem layanan berbasis komunitas.

Memasuki semester kedua tahun 2025, manajemen SuaR Indonesia merasa perlu untuk melaksanakan kegiatan supervisi dan monitoring evaluasi (monev) berkala. Monev ini bertujuan untuk memastikan mobilisasi sumber daya berjalan sesuai prosedur dan program mencapai tujuannya. Area utama yang menjadi perhatian adalah pelaksanaan penjangkauan oleh Peer Leader (PL), peran stakeholder (baik pemerintah maupun komunitas), serta aksesibilitas layanan. Oleh karena itu, SuaR Indonesia, dengan dukungan dari SR YKP dan PR IAC, melaksanakan kunjungan Supervisi ke Distrik Tulungagung dan Trenggalek. Kunjungan ini memiliki lima tujuan utama: meningkatkan kapasitas PL dan komunitas, melakukan pemantauan lapangan untuk mengidentifikasi tantangan dan merumuskan solusi, memverifikasi keakuratan data capaian PL ke puskesmas rujukan, memperkuat koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan mendiskusikan praktik baik untuk meningkatkan kualitas intervensi. Kunjungan ini diharapkan menghasilkan peningkatan kapasitas PL dan komunitas, dokumentasi tantangan dan strategi penanggulangan HIV yang jelas, data capaian yang terverifikasi, terbangunnya dukungan stakeholder, serta terlaksananya replikasi praktik baik sebagai akselerasi program.

Kegiatan supervisi ini berlangsung selama tiga hari, dimulai pada 3 November 2025 di Tulungagung. Tim SuaR memulai dengan pertemuan di KPAD bersama Dinas Kesehatan, mendiskusikan kemajuan advokasi Peraturan Bupati tentang Penanganan HIV dan upaya peningkatan anggaran hingga ke tingkat desa melalui Dana Desa, yang mempunyai nilai penting untuk mengurangi stigma dan diskriminasi di masyarakat. Dalam diskusi terungkap tantangan besar terkait logistik pencegahan yang masih minim pengadaannya di tingkat daerah, bahkan adanya kasus PrEP hampir kadaluarsa dan menipisnya stok obat sifilis. Supervisi dilanjutkan ke Puskesmas Simo untuk verifikasi data rujukan dan layanan mobile VCT. Kunjungan hari pertama diakhiri dengan kunjungan hotspot di eks lokalisasi Ngunut, di mana tim berinteraksi langsung dengan PSP, Mucikari, dan Pokja, yang aktif mendampingi ODHIV dan menyoroti kebutuhan logistik pasca-proyek. Di sini, ada pembelajaran menarik bahwa. Masyarakat biasa seperti mucikari dan pokja sebagai orang yang ditokohkan ternyata mampu dan mempunyai kepedulian untuk mendampingi Odhiv mulai dari psikologis, pengobatan dan motivasi untuk tetap berkarya.

Beralih ke Trenggalek, berdiskusi dengan Kepala Puskesmas dan pengelola program, tentang situasi di pesisir Pantai Prigi dan layanan PDP (Perawatan Dukungan Pengobatan) untuk kurang lebih 20 ODHIV yang didampingi Puskesmas Watulimo. Puskesmas Watulimo telah memetakan hotspot nelayan serta mendampingi Odhiv yang berada di pesisir Pantai dengan hotspot berupa café dan karaoke. Yang menarik, petugas yang mendampingi mempunyai cara untuk mendistribusikan ARV melalui “COD” (cash on delivery). Mekanisme ini disepakati sebagai cara menajga kerahasiaan dan tetap mempertahankan kepatuhan terapi obat. Selain itu, Puskesmas Watulimo mempunyai inovasi melalui saluran skrining kesehatan online bernama “Intan Berduri”. Inovasi tersebut bagian dari pengembangan program dan pendampingan di Trenggalek yang memiliki berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang mulai keberhasilan beberapa Puskesmas (Watulimo, Munjungan dan Durenan) yang telah mengagendakan mobile VCT lebih dari satu kali dalam semester 2 ini, yang dinilai luar biasa dalam mendongkrak capaian dengan melakukan pendekatan yang relative tertutup.

Seluruh rangkaian kegiatan Supervisi ini tidak hanya memberikan dukungan teknis tetapi juga menghasilkan informasi akurat dan akomodatif untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program di Tulungagung dan Trenggalek